Budidaya Ikan Air Tawar


Budidaya ikan air tawar merupakan usaha yang menjanjikan keuntungan. Salah satu tempat budidaya adalah di Cangkringan, Yogyakarta. Di tempat ini dilakukan mulai dari pembibitan berbagai jenis ikan.

Budidaya ikan nila dan ikan mas menjanjikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan ikan air tawar lainnya. Karena itu, ikan nila dan ikan mas menjadi primadona.

Di pasaran, harga ikan nila merah sekitar Rp 10 ribu per kilogram. Ikan nila dipasarkan dalam keadaan hidup maupun mati dan dibekukan dengan menggunakan es balok. Sedangkan ikan mas dipasarkan dalam keadaan hidup dengan dimasukkan kedalam kantong plastik yang diberi oksigen.


Keberhasilan budidaya ikan air tawar ditentukan oleh faktor lingkungan. Tanah liat atau lempung sangat baik untuk pembuatan kolam. Demikian pula untuk tanah beranjangan atau terapan dengan kandungan liatnya 30 persen.


Kedua jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor. Faktor lingkungan dapat berpengaruh terhadap cita rasa ikan, misalnya bau tanah atau lumpur.

Hal lain yang sangat penting diperhatikan dalam budidaya ikan air tawar adalah mutu air. Sumber air bisa berasal dari air sungai, hujan, atau tanah.

Mutu air yang diperlukan untuk budi daya ikan air tawar haruslah memenuhi beberapa persyaratan berikut: oksigen terlarut sekitar 5-6 ppm, karbondioksida terlarut kurang dari 25 ppm, pH antara 6,7-8,6, suhu 25-30oC dengan perbedaan suhu antara siang dan malam tidak lebih dari
5oC, serta tidak tercemar bahan kimia beracun, minyak, atau limbah pabrik.

Air yang terlalu keruh tidak baik untuk kehidupan ikan karena endapan lumpurnya terlalu tebal dan pekat, sehingga dapat mengganggu penglihatan ikan dalam air dan menyebabkan nafsu makannya berkurang. Semakin banyak dan beragam biota air yang terdapat di dalam perairan, semakin tinggi tingkat kesuburannya.

Budidaya ikan air tawar lebih mudah dibandingkan dengan ikan air laut. Sebagai contoh ikan mas, sangat mudah sekali dilakukan karena toleransi terhadap lingkungan sangat tinggi. Meski demikian, dalam kenyataannya perkembangan ketersediaan dan konsumsi ikan air laut lebih besar daripada ikan air tawar.

Kendala utama budidaya ikan air tawar adalah diperlukan waktu dan biaya yang cukup tinggi. Komponen biaya meliputi: persiapan kolam, pemilihan induk, pemijahan, penetasan, dan pendederan. Biaya lain yang dianggap cukup tinggi adalah untuk pakan dan pemeliharaan terhadap hama dan penyakit ikan.

Namun, ikan merupakan bahan pangan yang sangat mudah mengalami kerusakan. Berbagai jenis bakteri dapat menguraikan komponen gizi ikan menjadi senyawa-senyawa berbau busuk dan anyir, seperti indol, skatol, H2S, merkaptan, dan lain-lain.

Beberapa bakteri patogen (penyebab penyakit), seperti Salmonella, Vibrio, dan Clostridium, sering mencemari produk perikanan. Ini menjadi resiko tersendiri dalam budidaya ikan air tawar.

Beberapa faktor penyebab kerusakan ikan air tawar adalah:

1. Kadar air cukup tinggi (70-80 persen dari berat daging) yang menyebabkan mikroorganisme mudah tumbuh dan berkembang biak.

2. Secara alami, ikan mengandung enzim yang dapat menguraikan protein menjadi putresin, isobutilamin, kadaverin, dan lain-lain, yang menyebabkan timbulnya bau tidak sedap.

3. Lemak ikan mengandung asam lemak tidak jenuh ganda yang sangat mudah mengalami proses oksidasi atau hidrolisis yang menghasilkan bau tengik.

4. Ikan mempunyai susunan jaringan sel yang lebih longgar, sehingga mikroba dapat dengan mudah mengggunakannya sebagai media pertumbuhan.

0 komentar:

Post a Comment